ketegori Ustadz Menjawab. Pak Ustadz, kalau dipikir-pikir semenjak saya aktif dalam dunia dakwah, memang ada satu hal yang agak menggelitik hati. Yaitu kurangnya porsi buat saya dalam mendapatkan materi yang terkait dengan detail ilmu syariah. Sebagai karyawan yang diwajibkan masuk jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore, rasanya habislah waktu saya dan tidak ada lagi kesempatan buat belajar mendalami Islam. Sedangkan pengajian, liqo’ dan banyak even taklim lainnya, rasanya masih belum bisa menampung kebutuhan ilmu agama. Lalu gugurkah kewajiban kita untuk mendalami ilmu-ilmu agama? Sudah cukupkah buat orang seperti saya sekedar belajar ngaji mingguan, atau sebulan sekali atau kalau ada even keagamaan saja?
Adakah solusi yang bisa ustadz tawarkan buat saya? Terutama untuk kami yang jumlahnya cukup banyak dan tergabung di dalam sebuah bidang kerohanian Islam di sebuah kantor swasta. Terima kasih atas masukan dari ustadz.
Wassalam,
Muhammad Al-fatih
Jawaban
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,Alhamdulillah wash-shalatu wassalamu ‘ala rsulillah, wa ba’du
Terus terang memang harus kita akui bahwa pola pengajaran materi-materi ke-Islaman, apalagi yang terkait dengan ilmu-ilmu syariah buat bangsa kita cukup lemah. Selain dari sistem pendidikan nasional yang sangat tidak memperhatikan pelajaran agama, sehingga hanya 2 jam saja dalam sepekan, juga secara umum pemenuhan kebutuhan ilmu agama di tengah masyarakat memang bisa dikatakan termasuk sangat kecil.
Di kantor-kantor sekarang ini memang ada semangat untuk mengadakan pengajian, baik seminggu sekali ataupun sebulan sekali. Meski lumayan sudah ada namun kalau dilihat dari kurikulumnya memang masih sangat kurang. Apalagi ada semacam kebiasaan untuk mengundang nara sumber bergonta-ganti. Sehingga kurang terjadi penguasaan masalah secara mendalam.
Belum lagi dari segi kapasitas keilmuan yang tidak ada standarisasinya. Bahkan seringkali seorang pengisi pengajian tidak punya latar belakang pendidikan ilmu syariah yang mumpuni. Bahkan tidak jarang, sekedar membuka kitab berbahasa Arab pun tidak dikuasai.
Walhasil, kalau kita mengharapkan pengajian model kantor yang seperti itu bisa melahirkan orang-orang yang paham detail ilmu agama, mungkin agak berlebihan. Sebab ilmu agama itu lumayan luas dan banyak, tidak cukup hanya disampaikan seminggu sekali. Apalagi tidak punya konsep kurilulum kajian yang terpaket, maka perasanaan gersang dan kurang seperti yang Anda sebutkan itu cukup beralasan.
Idealnya kalau kita ingin menguasai secara penuh tentang ilmu-ilmu keislaman, kita perlu masuk ke sebuah pesantren dan tinggal di dalamnya selama sekian tahun. Atau mendaftarkan diri menjadi mahasisw sebuah perguruan tinggi Islam yang secara intensif mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. Tentu saja para tenaga pengajarnya harus dosen yang menguasai ilmunya